9.7.08

Pengusaha Restoran itu dulunya TKW


TerLahir dikota ngawi, hartini adalah putri ke dua dari pasangan bpk sujono

dan pariyem, mereka hidup sebagai bu

ruh tani biasa. hartini memliki 1 orang anak umur 9 thn yang saat ini tinggal bersama kakek neneknya.

Sudah genap 8 tahun hartini menjd tkw diTaiwan, niat yang mulia bekerja untuk mencukupi ekonomi keluarga. menjadi tkw s

ebenarnya bukanlah pilihan bagi hartini apalagi harus meninggalkan anaknya yang sedang tumbuh dan berpisah dgn suami tercinta tentunya sangat berat, namun kondisi ekonomi yang kian sulit dan penghasilan sang suami yang kurang mencukupi menjadi alasan hartini untuk merantau menjadi tkw.

hari demi hari dia

lewati dengan m

engabdi dirumah majikan tanpa terasa usianya telah 36 tahun, Suka dan duka silih berganti dia rasakan, kadang cacian dan perlakuan kasar sudah biasa dia terima dari mulut majikan, tapi setiap ingat suami dan anak tercinta semangatnya kembali pulih. Dari jerih payahnya selama ini Kini ekonomi keluarganya telah mulai membaik. Dan suaminyapun mulai membuka kios kecil-kecilan dari modal keringat hartini.

Setiap Malam ha

ri, Selesai bekerja ia selalu ingat keluarga dikampong, Perasaan rindu terkadang tidak dapat iya bendung, rindu anak dan pelukan hangat suami tempat ia bermanja kini tiada lagi…hanya foto kecil yang selalu ia tatap dengan mata yang sembab.… hanya dinding kamar sempit yang setia menemaninya

.

Setiap hari minggu hartini liburan bersama teman-teman tkw dilapangan kota. Berkumpul dengan sesama wni sekedar melepaskan kepenatan rutinitas sebagai pembantu dinegeri orang. senda gurau dan canda terasa bahagia walaupun sesaat, namun sore dia harus kembali lagi kerumah m

ajikan.

Setiap 2 thn sekali suhartini pulang kampong bertemu keluarga tercinta. bahagia ketika melihat anaknya telah semakin besar namun perasaan sedih muncul karena tidak bisa mendampingi dan melihatnya tumbuh setiap hari, melepas kerinduan bersama suami tercinta itulah saat paling bahagia, ia

bisa kembali bermanja dan merasakan hangatnya pelukan suami tercinta. Dalam hati Hartini ingin merasakan kebahagiaan ini setiap hari, namun jika tidak kembali ke Taiwan bagaimana ekonomi keluarganya sedangkan mereka tidak memiliki peghasilan. Sedangkan Keuntungan toko suaminyapun tidak dapat mencukupi, mungkin dah terlalu banyak toko disekitarnnya.

Kadang t

erlintas dalam fikiran hartini sampai kapan harus seperti ini, jauh dari orang yang ia cintai. seperti tidak ada pilihan lain hartinipun kembali ke Taiwan. Hari-haripun ia lalui seperti sebelumnya, ia kembali melakukan rutinitas dirumah majikan.

Ditahun ke 6 sedikit masalah mulai muncul ketika mendengar sang suami mulai tidak jujur, kabarpun mulai santer terdengar bahwa suami tercinta menjalin hubungan dengan wanita lain. Mungkin

, Sebagai manusia biasa suamipun rindu akan kasih sayang dan kehangatan. Ketika mendapat sedikit perhatian dari wanita lain sang suami pun mulai berpaling dr hartini. Mungkin perasaan 7 tahun jauh dari pelukan istri membuat suami mencari pengganti walau awalnya hanya sekedar selingkuh/pelampiasan namun akhirnya suamipun meninggalkan hartini memilih hidup bersama wanita ya

ng memanjakannya saat ini.

Hati dan perasaan hartini terasa sangat pilu, tercabik dan hancur, kesetiaan dan perjuangannya selama ini seak

an tidak ada artinya. semua harta yang iya kumpulkan dengan cucuran keringat siang malam tidak sebanding dengan rasa sakit karena dihianati suami. Iyapun merasa putus asa apa gunanya kembali ke kampong jika semua tidak seperti dulu, apalagi bayangan menjadi pergunjingan tetangganya membuat hartini lebih putus asa untuk kembali, namun dia punya 1 anak yang sangat ia cintai.

restouran

Pengalaman hidup hartini membuat ia belajar banyak akan masa depan. 8 tahun ia menjadi tkw jauh dari keluarga bahkan harus merasakan pahitnya ditinggal suami berpaling ke wanita lain. Namun kejadian itu tidak membuat hartini semakin terpuruk tetapi justru membuat ia bangkit dan berfikir lebih maju.

Selama ini ia bekerja ditaiwan dan pulang dengan uang yang lumayan banyak, namun uang itu

bertahan hanya sebentar, habis untuk bersenang-senang dengan anak dan suaminya, kebutuhan sekolah, membeli ini dan itu seakan-akan kebutuhan tiada habisnya. Saat melihat uang mulai habis perasaanpun mulai binggung, tidak ada pilihan lain s

elain harus merantau lagi.

Inilah

kenyataan yang dialami hartini dan sebagian besar rekan-rekannya, selama ini mereka ingin mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya namun kebutuhan tidak ada habisnya. berapapun uang yang terkumpul selalu saja kurang/ tidak cukup.

Banyak juga yang berfikir ingin mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk modal usaha agar pulan

g diIndonesia memiliki pemasukan, tidak harus merantau lagi dan berpisah dengan keluarga, namun saat memulai usaha keraguan dan ketaku

tan m

uncul,:

· bagaimana jika usahanya ga jalan,

· bagaimana jika usahanya ga laku,

· bagaimana jika usahanya tidak berkembang.

· baga

imana jika bangkrut.

· Bagaimana…..bagaimana dan bagaimana…..

Ketakutan inilah yang selalu ada dan akhirnya usahapun urung diwujudkan. sambil terus berfikir dan mencari usaha apa yang tidak bisa bangkrut, tidak beresiko bahkan kalau bisa tidak

usah

pakai modal.

Bahka

n terkadang sahabat dan keluargapun memberi masukan yang beragam” udah ga usah neko-neko nanti malah bangkrut lo modalmu ilang kabeh” usaha seperti itu ga akan laku”

udah banyak saingannya” udah simpan aja uangnya”dan sebagainya. Menyimpan uang bukanlah solusi karena kebutuhan hidup ga pernah berhenti..

Berpikir dan terus mencari tanpa terasa waktu terus berjalan dan pengeluaranpun tidak terhitung lagi jumlahnya sedangkan pemasukan masih belom ada, Karena usaha tanpa modal dan tanpa resiko belom juga ia temukan, kini uangnya sudah semakin tipis berkurang. Dan a

khirnya…….

Ini adalah dilema yang sering ditemui hartini dan rekan sesama tkw , dia mengamati rekan-rekannya yang dulu berencana pulang ke Indonesia membangun usaha tapi ternyata kembali mera

ntau lagi.

Dengan lebih memberanikan diri dan siap dengan resiko apapun suhartini berniat memulai usaha, ia mencari rekan-rekannya yang sependapat dengannya dan berinisiatif berani membangun usaha bersama (patungan). Kebanyakan rekannya takut, ragu dan tidak yakin/percaya bahkan meremehkannya namun tekad besar hartini untuk tidak lagi menjadi babu dan jauh dari keluarganya memaksa iya harus bisa. Akhirnya dari sekian banyak rekannya 3 org menerima usulannya dengan niat yang sama ingin benar-benar mewujudkan usaha bukan hanya memikirkan dan meng andai-andaikannya.

Hartinipun menghubungi beberapa teman dan sahabat diindonesia, mencari informasi usaha apa yang sesuai. Sampai ia teringat sahabatnya yang sekarang mempunyai usaha restoran dingawi, yang dahulu pernah mengajaknya kerjasama membuka rumah makan sederhana namun saat itu hartini belum punya keberanian dan takut kehilangan modal. Namun sekarang hartini merasa lelah jadi babu. Dan bertekad seperti sahabatnya.

Melal

ui komunikasi jarak jauh bukanlah halangan untuk membangun usahanya, kepada sahabatnya hartinipun berkonsultasi mengutarakan keinginannya untuk membangun usaha, mulai dari jenis usaha, modal serta kesepakatan kerjasamannya.

Dengan kesepakatan yang saling menguntungkan dan kepercayaan akhirnya bersama 3 rekan tkwnya dengan dibantu pengelolaan oleh sahabatnya restoran&cafe barupun dibangun didaerah sragen dengan modal patungan walaupun jumlah modal yang berbeda.

Saat ini restoranya telah berdiri selama sekitar 2 tahun dikelola oleh sahabatnya dengan omset 1-3jt perhari. Keuntungan bersih rata-rata 500rb-1jt/hari atau rata-rata 20jt/bln. Keuntungan dibagi berdasarkan

persentase modal masih-masih dari 4 orang. Sangat lumayan ya....

Sampai saat ini hartini masih ditaiwan namun tidak lagi menjadi babu tetapi mengembangkan usaha lain ditaiwan yaitu berdagang barang dari indonesia yang dibutuhkan para tki. kini hartini semakin ketagihan untuk berbisnis Sambil menikmati hidup ia berjalan-jalan diTaiwan, hongkong dan Singapore.

Sedangkan ke 3 rekannya diIndonesia berkumpul bersama keluarganya dengan pemasukan dari keuntungan restoran yang lebih dari cukup. Mereka berasal dari kota yang berbeda, 2 org dari ponorogo dan 1 org dari nganjuk. Sebagian mereka juga yang mambangun usaha lagi disekitar tempat tinggalnya.

Mereka sedikit dari profil para tkw benar-benar bekerja dengan niat mulia yang memiliki keberanian un

tuk maju untuk keluarga tercinta. tidak jarang para tki yang terjebak pada kehidupan bersenang-senang semata.


Semoga kisah ini mem berikan inspirasi kepada rekan-rekan. Bukan hanya sebagai cerita tapi membuat rekan-rekan menjadi berani untuk mewujudkan harapan dan membangun usaha sendiri. Jangan pernah takut

Tidak ada komentar:

call/sms :

081234478789
085652186790